NAGEKEO - Upaya pemindahan lokasi pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) Waduk Lambo ke Lowopebhu di Malawaka yang saat ini menjadi patokan sikap defensif PPMAN dan AMAN dengan mengatasnamakan mandat FPPWL, terus menjadi sorotan bahkan kecaman publik Nagekeo.
Sorotan publik tersebut, lantaran agitasi PPMAN dan AMAN melalui tulisan opini tentang permintaan pindah lokasi Waduk Lambo yang dibagikan di media sosial ada kalimat-kalimat dianggap berpotensi memecahbela masyarakat Nagekeo.
Sementara hasil kajian oleh Kementerian PUPR melalui BWS NTT II dan juga telah dijelaskan kepada 14 orang yang diutus ke Jakarta bebarapa waktu, Lowopebhu tidak layak untuk dibangun waduk, yang layak ialah Lowose.
Hal itu dikatakan Krispinus Rada, Tokoh Muda sekaligus Fungsionaris Adat Lambo, Senin (23/5/2022) di kediamannya di Desa Labolewa.
"Lowopebhu tidak layak. Hasil kajian dari Kementerian PUPR melalui BWS NTT II dan juga telah dijelaskan kepada 14 orang yang diutus ke Jakarta beberapa waktu lalu, lokasi Lowose lah yang layak dibangun waduk, " katanya.
Dalam statementnya, Krispin juga mengisi pertanyaan kepada PPMAN dan AMAN terkait data hasil kajian baru di lokasi yang dimaksud seperti didalilkan selama ini bahwa kehadiran mereka (PPMAN dan AMAN) di Nagekeo adalah mandat dalam urusan memperjuangkan pemindahan lokasi pembangunan waduk serta memberikan pendampingan hukum kepada FPPWL.
Baca juga:
Mengenal Seni Aborigin Australia
|
Sambungnya, PPMAN dan AMAN harus mampu menjelaskan dalam konteks regulasi negara tentang kelompok masyarakat adat yang sebenarnya dan yang bukan kelompok masyarakat adat sebagaimana selama ini menjadi justifikasi aliansi itu untuk tetap bertahan di bumi Nagekeo.
"Pertanyaanya: AMAN punya data hasil kajian bahwa kedua tempat alternatif itu layak?? Jika ada tolong paparkan, agar saya dan atau kami yang mendukung waduk ini bisa pertimbangkan. Jika tidak punya data kajian, mengapa AMAN bersikeras? apa dasarnya?. Jika alasan bahwa karena masyarakat adat menolak, mohon dijelaskan mana kelompok masyarakat adat dan mana yang bukan kelompok masyarakat adat menurut regulasi di negara ini, " tanya Krispin.
Mimpi buruk, kata Krispin, jika PPMAN atau AMAN meyakini bahwa waduk tidak jadi dibangun di Lowose. Pasalnya prespektif atau keyakinan organisasi itu tidak pada fakta sebenarnya, oleh karena, pengerjaan Waduk Lambo saat ini terus berjalan.
Sarannya, PPMAN dan AMAN sebaiknya menghentikan upaya-upaya advokasi yang tidak perlu. Hal ini juga agar masyarakat Rendu (Malapoma) tidak semakin dalam terjerumus ke persoalan rumit terkait hak-hak mereka.
"Selanjutnya saya kemudian bertanya-tanya?. apakah PPMAN ataun AMAN yakin waduk tidak jadi di Lowose?? Rasanya itu mimpi buruk. Karena faktanya pekerjaan berjalan terus setiap saat. Jika punya firasat buruk bahwa waduk tetap jadi di Lowose, maka sebaiknya hentikan urusan advokasi yang tidak perlu agar masyarakat Rendu (Malapoma) tidak terjerumus ke dalam persoalan yang rumit terkait hak-hak mereka, " ucapnya.
Baginya, apabila persoalan itu sampai pada fase final pembayaran kompensasi, tentunnya konsentrasi tertuju ke pengadilan. Sementara beberapa orang di Malapoma yang terbelenggu tali hukum, mereka pada akhirnya disibukan dengan urusan hukum oleh karena ulah PPMAN dan AMAN.
Jika tujuan itu yang diinginkan PPMAN dan juga AMAN, tegas Krispin, maka sebaiknya dihentikan. Sebab, kata dia, warga Malapoma adalah keluarganya.
"Terkait urusan kompensasi, karena jika waktu habis tentunya konsinyasi di pengadilan. Kedua, beberapa orang yang terseret dalam persoalan hukum akan terus menjalani proses hukum. Dan bisa jadi berakhir pahit dibalik jeruji. Apakah ini yg diinginkan???. Jika demikian endingnya, maka sebaiknya PPMAN dan AMAN hentikan saja perjuangan yang menurut kalian baik dan mulia ini. Mengapa??? karena jangan korbankan masayarakat Malapoma lebih jauh dan lebih dalam lagi. Mereka semua adalah keluarga kami, " tegas Krispin.
Sementara itu terpisah, berdasarkan komentar Krispin menanggapi tulisan Koordinator PPMAN ragion Bali-Nusra, John Bala di group Facebook MBAY ONLINE yang berjudul "PPMAN: Harus Keluar dari Bumi Nagekeo" yang dipantau media ini tertulis, dirinya bangga mendapat kompensasi pembangunan Waduk Lambo.
"Om Jhon Bala, saya hanya mau bilang begini, saya sangat bangga ketika sebagian warga kami yang telah mendapat kompensasi. Bangga bukan karena mereka punya banyak uang, tetapi kerena semua persoalan hidup yang membelit mereka selama ini teratasi, hutang lunas, buka usaha, punya mobil, sepeda motor, dan uang masih sisa banyak untuk masa depan mereka yang didepositokan di bank. PPMAN dan AMAN punya apa agar merek bisa hidup berubah dan sejahtera?? Kalau soal lahan, dan tanah tanpa PPMAN dan AMAN pun mereka sudah punya itu sejak dulu. Hari ini waduk jadi, mereka juga masih ada lahan dan tanah untuk masa depan mereka tanpa haris keluar dari tanah airnya. Tapi hidup mereka berubah baik. Sederhanakan??? Kenapa AMAN merasa ini sepertinya rumit dan kiamat????, " tulisnya.